LAPORAN PELAKSANAAN PENELITIAN TAHAP 1 (Januari – Februari 2019)
Program penelitian pada Tahap 1 ini dimulai di kota Bandung tepatnya di dua Universitas yaitu Universitas Parahyangan dan Universitas Widyatama. Kami mengambil sampel 20 – 30 responden dari masing-masing universitas tersebut diatas.
Pada awalnya setiap responden masih bertanya-tanya mengenai penelitian kami ini, hal ini dikarenakan dalam studi mereka baik di sekolah maupun di universitas, belum banyak bidang ilmu yang berfokus untuk menggali jati dirinya. Kendati demikian, setelah mereka mulai mengisi kuisioner yang kami bagikan barulah mereka tersadar bahwa pembentukan jati diri seseorang dimulai dari lingkungan terdekat seperti lingkungan alam sekitar, Ayah dan Ibu, tempat kelahiran dan tempat tinggal, kebiasaan di dalam keluarga, komunitas terdekat dan hal-hal detail lainnya yang kadang-kadang sudah kurang diperhatikan. Pada era teknologi modern saat ini, masyarakat terlalu berfokus kepada perubahan external atau diluar dirinya, hal-hal yang internal atau kedalam dirinya sudah menjadi sangat bias. Maka dari itu melalui penelitian tahap 1 ini kami, memfokuskan masing-masing responden untuk mengenali hal-hal internal didalam dirinya, dengan menjawab kuisioner yang terbagi menjadi 2 kategori : 1. Identitas Diri; dan 2. Motivasi dan Perilaku.
Pada awalnya setiap responden masih bertanya-tanya mengenai penelitian kami ini, hal ini dikarenakan dalam studi mereka baik di sekolah maupun di universitas, belum banyak bidang ilmu yang berfokus untuk menggali jati dirinya. Kendati demikian, setelah mereka mulai mengisi kuisioner yang kami bagikan barulah mereka tersadar bahwa pembentukan jati diri seseorang dimulai dari lingkungan terdekat seperti lingkungan alam sekitar, Ayah dan Ibu, tempat kelahiran dan tempat tinggal, kebiasaan di dalam keluarga, komunitas terdekat dan hal-hal detail lainnya yang kadang-kadang sudah kurang diperhatikan. Pada era teknologi modern saat ini, masyarakat terlalu berfokus kepada perubahan external atau diluar dirinya, hal-hal yang internal atau kedalam dirinya sudah menjadi sangat bias. Maka dari itu melalui penelitian tahap 1 ini kami, memfokuskan masing-masing responden untuk mengenali hal-hal internal didalam dirinya, dengan menjawab kuisioner yang terbagi menjadi 2 kategori : 1. Identitas Diri; dan 2. Motivasi dan Perilaku.
|
SEKILAS TENTANG PELAKSANAAN PENELITIAN DI UNIVERSITAS PARAHYANGAN Penelitian di Universitas Parahyangan dilakukan pada tanggal 25 Januari 2019, di kelas sosial entrepreneur dengan dosen Ibu Riarni Adina. Responden yang hadir sebanyak 23 orang mahasiswa, berusia 19 – 24 tahun. Pelaksanaan survey berjalan dengan baik, diselingi dengan beberapa pertanyaan dari mahasiswa khususnya tentang lingkungan. Setelah kami menganalisa, kami umumkan hasilnya langsung kepada responden pada tanggal 1 Februari 2019. |
Penelitian di Universitas Parahyangan dilakukan pada tanggal 25 Januari 2019, di kelas sosial entrepreneur dengan dosen Ibu Riarni Adina. Responden yang hadir sebanyak 23 orang mahasiswa, berusia 19 – 24 tahun. Pelaksanaan survey berjalan dengan baik, diselingi dengan beberapa pertanyaan dari mahasiswa khususnya tentang lingkungan. Setelah kami menganalisa, kami umumkan hasilnya langsung kepada responden pada tanggal 1 Februari 2019.
Hasil tabulasi dari responden kelas ini sebagai berikut : 43% mahasiswa teridentifikasi memiliki akar Budaya Masyarakat Darat, sedangkan 57% mahasiswa teridentifikasi memiliki akar Budaya Masyarakat Laut. Keunikan lain dari penelitian akar Budaya ini adalah sangat jauh berbeda dengan pengidentifikasian manusia berdasarkan ras, warna kulit, maupun fisikal antropologi. Hal ini terlihat dari contoh dua berikut, meskipun yang responden berasal dari daerah yang berbeda, tetapi ternyata dalam motivasi dan perilaku mereka memiliki kesamaan. Disisi lain terdapat keunikan lain yaitu, kedua responden berikut sama-sama berasal dari daerah yang sama, tetapi pada hasil identifikasi kami berdasarkan motivasi dan perilaku masing-masing ternyata mereka memiliki akar Budaya yang berbeda. Keunikan-keunikan ini lah yang membedakan dan menjadi keutamaan metode Genetika Budaya dalam mengidentifikasi jati diri seseorang dibandingkan dengan metoda-metoda lainnya.
Setelah mahasiswa diumumkan hasil identifikasinya mereka juga diberikan sedikit pengarahan tentang penelitian tahap 1 ini. Pada tahap I ini kami memfokuskan responden untuk sadar kembali kepada lingkungan yang membentuk akar Budayanya, yaitu Lingkungan Laut dan Lingkungan Darat. Karena lingkungan inilah juga yang berinteraksi langsung dengan proses genetik didalam sistem tubuhnya. Motivasi dan perilaku yang sesuai dengan akar Budaya akan menginduksi proses metabolisme dan genetik didalam tubuhnya secara baik. Sebaliknya jika motivasi dan perilaku yang tidak sesuai dengan akar Budaya dapat menginduksi cara kerja metabolisme dan genetik didalam tubuhnya secara kurang baik, yang dapat mengakibatkan berbagai gejala masalah baik secara fisik maupun mental. Maka dari itu kami pun memberikan catatan-catatan singkat bagi responden yang memiliki gejala-gejala ini.
Secara keseluruhan penelitian di Universitas Parahyangan ini berjalan dengan sangat baik, para responden pun mulai tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Genetika Budaya. Lebih dari itu mereka pun bersedia untuk melakukan tes tahap 2.
Hasil tabulasi dari responden kelas ini sebagai berikut : 43% mahasiswa teridentifikasi memiliki akar Budaya Masyarakat Darat, sedangkan 57% mahasiswa teridentifikasi memiliki akar Budaya Masyarakat Laut. Keunikan lain dari penelitian akar Budaya ini adalah sangat jauh berbeda dengan pengidentifikasian manusia berdasarkan ras, warna kulit, maupun fisikal antropologi. Hal ini terlihat dari contoh dua berikut, meskipun yang responden berasal dari daerah yang berbeda, tetapi ternyata dalam motivasi dan perilaku mereka memiliki kesamaan. Disisi lain terdapat keunikan lain yaitu, kedua responden berikut sama-sama berasal dari daerah yang sama, tetapi pada hasil identifikasi kami berdasarkan motivasi dan perilaku masing-masing ternyata mereka memiliki akar Budaya yang berbeda. Keunikan-keunikan ini lah yang membedakan dan menjadi keutamaan metode Genetika Budaya dalam mengidentifikasi jati diri seseorang dibandingkan dengan metoda-metoda lainnya.
Setelah mahasiswa diumumkan hasil identifikasinya mereka juga diberikan sedikit pengarahan tentang penelitian tahap 1 ini. Pada tahap I ini kami memfokuskan responden untuk sadar kembali kepada lingkungan yang membentuk akar Budayanya, yaitu Lingkungan Laut dan Lingkungan Darat. Karena lingkungan inilah juga yang berinteraksi langsung dengan proses genetik didalam sistem tubuhnya. Motivasi dan perilaku yang sesuai dengan akar Budaya akan menginduksi proses metabolisme dan genetik didalam tubuhnya secara baik. Sebaliknya jika motivasi dan perilaku yang tidak sesuai dengan akar Budaya dapat menginduksi cara kerja metabolisme dan genetik didalam tubuhnya secara kurang baik, yang dapat mengakibatkan berbagai gejala masalah baik secara fisik maupun mental. Maka dari itu kami pun memberikan catatan-catatan singkat bagi responden yang memiliki gejala-gejala ini.
Secara keseluruhan penelitian di Universitas Parahyangan ini berjalan dengan sangat baik, para responden pun mulai tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Genetika Budaya. Lebih dari itu mereka pun bersedia untuk melakukan tes tahap 2.
|
SEKILAS TENTANG PELAKSANAAN PENELITIAN DI UNIVERSITAS WIDYATAMA Penelitian di Universitas Widayatama dilakukan pada tanggal 13 Februari 2019, di kelas Ilmu Statistik dengan dosen Ibu Ayuningtyas. Responden yang hadir sebanyak 33 orang mahasiswa, berusia 19 – 24 tahun. Pelaksanaan survey berjalan dengan sangat baik, mahasiswa di universitas ini lebih responsive terhadap penelitian ini.Kendati demikian mereka juga sangat memahami pertanyaan yang diajukan didalam kuisioner, karena tidak terlalu banyak pertanyaan yang diajukan selama pengisian kuisioner. |
Setelah kami menganalisa, kami umumkan hasilnya kepada responden melalui email langsung kepada masing-masing responden, pada tanggal 18 Februari 2019. Hasil dari responden di universitas ini lebih variatif dan menarik. Hasil tabulasi dari responden kelas ini sebagai berikut : 24% mahasiswa teridentifikasi memiliki akar Budaya Masyarakat Darat, sedangkan 70% mahasiswa teridentifikasi memiliki akar Budaya Masyarakat Laut, dan sebanyak 6% merupakan keturunan campuran (akulturasi) antara Masyarakat Darat dan Laut. Selain keunikan yang disebutkan di dalam penelitian di Universitas Parahyangan diatas. Melalui metode genetika Budaya ini di universitas Widyatama tersingkap satu faktor kecil yang sebetulnya sangat vital dalam menentukan motivasi dan perilaku yang sesuai akar Budaya yaitu faktor masa kecil, dalam hal ini trauma. Kami sudah sadar sebelumnya bahwa “nurture” atau pengalaman masa kecil adalah masa pertumbuhan yang paling penting dari seorang manusia. Melalui penidentifikasian ini maka kami dapat memberikan catatan-catatan penting kepada responden yang memiliki trauma dimasa kecil, yaitu dengan kembali melihat karakteristik dari akar budayanya dan kami persilahkan untuk berkonsultasi langsung secara pribadi kepada para peneliti. Saran ini kami berikan agar para responden yang memiliki gejala ini dapat kembali ke sifat alamiahnya sebelum gejala trauma ini mengakibatkan hal-hal yang kurang baik secara fisik maupun mental.
Hal lain yang tersingkap dari penelitian di Universitas ini adalah adanya keturunan akulturasi. Keturunan akulturasi sangat unik dan berbeda, karena cenderung memiliki motivasi dan perilaku campuran. Hal ini kadang-kadang mengakibatkan dilemma atau kebingungan dalam diri dalam menentukan motivasi dan perilakunya. Maka dari itu bagi responden yang teridentifikasi sebagai keturunan akulturasi, analisa kami fokuskan kepada motivasi dan perilakunya.
Secara keseluruhan penelitian di Universitas Widyatama ini berjalan dengan sangat baik, para responden pun mulai tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Genetika Budaya. Lebih dari itu mereka pun bersedia untuk melakukan tes tahap 2.
Hal lain yang tersingkap dari penelitian di Universitas ini adalah adanya keturunan akulturasi. Keturunan akulturasi sangat unik dan berbeda, karena cenderung memiliki motivasi dan perilaku campuran. Hal ini kadang-kadang mengakibatkan dilemma atau kebingungan dalam diri dalam menentukan motivasi dan perilakunya. Maka dari itu bagi responden yang teridentifikasi sebagai keturunan akulturasi, analisa kami fokuskan kepada motivasi dan perilakunya.
Secara keseluruhan penelitian di Universitas Widyatama ini berjalan dengan sangat baik, para responden pun mulai tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Genetika Budaya. Lebih dari itu mereka pun bersedia untuk melakukan tes tahap 2.