SEMINAR DAN WORKSHOP MANASSA-UNESCO, LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT
SEKILAS TENTANG KEGIATAN SEMINAR DAN WORKSHOP MANASSA-UNESCO
Seminar dan Workshop yang diselenggaraka oleh Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara) di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 7 – 9 November bertemakan “Peran Generasi Muda dalam Pelestarian Naskah sebagai Peninggalan Budaya di wilayah Rawan Bencana.” Seminar dan workshop ini disponsori oleh UNESCO dan Kemedikbudristek. Adapun keynote speaker yang diundang pada seminar ini adalah sebagai berikut: 1. Ms. Ana Lomtadze, Programme Specialist of Communication and Information, UNESCO Jakarta Office 2. Hilmar Farid, Ph.D., Dirjen Kebudayaan dari Kemendikbudristek 3. Dr. Usman Kansong, S.Sos., M.Si., Dirjen Informasi dan Komunikasi dari Kominfo 4. Dr. Herry Yogaswara, Deputy of Archaeology, Language, and Literature, National Research and Innovation Agency (BRIN) Pembicara lainnya pun tak kalah menarik, yang berasal dari tim ahli preservasi naskah dan pilolog. Acara seminar ini dihadiri oleh berbagai masyarakat adat dari seluruh Lombok, khususnya Masyarakat adat yang masih memiliki naskah-naskah peninggalan leluhurnya untuk dipreservasi dan didigitalisasi. Peserta lainnya adalah guru-guru, mahasiswa maupun dosen yang tertarik atau mengajar dibidang kebudayaan dan pernaskahan. Tim Yayasan Duta Chakra Budaya berkontribusi dalam acara ini dengan melibatkan para-Duta Budaya yang ada di Lombok untuk bersumbangsih menampilkan tarian khas Lombok dalam acara pembukaan seminar penting ini. Pada kesempatan ini Duta Budaya yang terlibat yaitu Ni Komang, Haura dan Amira yang akan menarikan Tari Gandrung khas Lombok pada acara pembukaan. |
Acara diselenggarakan di Hotel Lombok Garden pada tanggal 7 November pagi hari dibuka begitu khidmat dengan pembacaan naskah kuno khas Lombok yang disebut dengan Mamaos. Setelahnya dilanjutkan dengan penampilan Tari Gandrung yang ditarikan oleh para Duta Budaya membuat suasana lebih meriah tetapi tetap kental dengan kebudayaan Lombok.
Selanjutnya berbagai sambutan satu-persatu disampaikan oleh Keynote speakers, baik secara langsung maupun melalui video seperti yang disampaikan oleh Bapak Hilmar Farid dan Bapak Usman Mangunsong yang berhalangan hadir secara langsung karena terkendala acara lain. |
|
Setelah keynote speakers selesai memberikan sambutan, seminar dimulai dengan menghadirkan beberapa ahli pernaskahan untuk memberikan paparan tentang berbagai tema yang sangat menarik seperti berikut:
1. Dr. Aditia Gunawan, Secretary of Manassa “General Overview on Indonesian Manuscripts and Its Preservation”
2. Prof. Dr. Jamaludin (UIN Mataram, Manassa Lombok) “The Richness of the West Nusa Tenggara manuscripts”
3. Dr. Tantry Widiyanarti, Anthropologist (Manassa), “Ethical Guidelines on Conducting Preservation programs”
4. Dr. Munawar Holil, Director of Manassa “General Principle of Digitizing Manuscripts Programs”
5. Dr. Alfan Firmanto, researcher at the BRIN and Manassa, “The theory and principle of the manuscript digitalization”
Hari pertama berlangsung sangat menarik dan antusias para peserta sangat tinggi untuk benar-benar mengetahui semua keilmuan dan paparan tentang pernaskahan. Hari kedua dimulai dengan workshop yang di pimpin oleh Aris Riyadi S.Si, M.Hum Preservation Coordinator of Manassa dengan tema “The theory and principle of the manuscript preservation.” Dengan moderator Mira Sartika, Ph.D. dari Yayasan Duta Chakra Budaya.
Dalam workshop ini pertama-tama kami semua diperkenalkan dengan pengetahuan tentang cara pembuatan berbagai media yang biasa digunakan untuk menulis naskah pada zaman dulu yaitu lontar atau kertas baluang. Setelah paparan tentang pengetahuan dasar lalu masuk keacara workshop yaitu bagaimana tata cara memperbaiki naskah kuno dan cara membersihkan lontar.
Para peserta turut diajak melakukan preservasi ini setiap orang mendapat personal kit untuk kegiatan workshop ini yang berisi berbagai macam alat-alat untuk mereservasi, membersihkan naskah kuno. Hari kedua berlangsung sangat informatif dan semua peserta sangat antusias dalam mengikuti workshop ini.
Hari ketiga dilanjutkan dengan kunjungan langsung bersama tim dari UNESCO ke lokasi pemilik naskah untuk dilakukan digitalisasi, tempat pertama yang dikunjungi adalah Lombok Selatan. Ditempatkan ini kami melakukan pembersihan naskah-naskah lontar untuk kemudian di digitalisasi. Ditempat ini kami mendapatkan lebih dari 5 gulungan naskah lontar yang berasal dari warga Lombok Selatan. Video liputan dapat dilihat di https://youtu.be/6ZYWAV0zhxk?feature=shared.
Hari keempat kami menuju ke Lokasi kedua dimana kami akan melakukan reservasi dan digitalisasi yaitu di Lombok Utara tepatnya di Museum Gengelang milik Bapak Supardi. Dilokasi kedua ini kami tidak hanya membersihkan dan mendigitalisasi lontar tetapi juga naskah lainnya yang berupa gulungan kertas yang tata cara pembersihan cukup sulit dan harus dilakukan oleh para ahli preservasi naskah. Dr Aris adalah salah satu ahli preservasi naskah terbaik di Indonesia yang ada di tim Manassa. Di lokasi kedua ini kami menyelesaikan preservasi hingga malam hari. Sepanjang hari ditemani oleh Bapak Supardi dan putranya Khalid yang merupakan sejarahwan. Mereka bercerita tentang isi-isi beberapa lontar yang sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dan juga menunjukan benda-benda peninggalan yang ada di museum Gengelang yang salah satunya terdapat Kujang Kuno yang menurut Pak Supardi berasal dari Kerajaan Sunda Galuh sekitar abad ke 4. Selain itu juga kami mendapatkan informasi tentang kedatangan Kerajaan Magadha dari India ke Lombok (600 SM -1200) yang menurut Bapak Supardi tertulis di lempeng lontar yang terbuat dari besi atau baja yang tersimpan di salah satu ketua adat. Kami juga mendapatkan informasi tentang kedatangan Kubilai Khan atau perwakilannya ke Lombok. Meskipun cerita ini masih dalam berupa cerita lisan atau folklore, tetapi dapat juga menjadi basis penelitian selanjutnya untuk menelaah kebenaran cerita rakyat ini. Karena sesungguhnya dari cerita rakyatlah dasar dari penggalian Sejarah dimulai dan menjadi lebih bermakna karena dapat menerangi Sejarah masyarakat pemilik cerita rakyat tersebut.
Hari keempat selesailah perjalanan kami di acara Seminar dan workshop bersama Manassa. Kami lanjutkan dengan kunjungan ke beberapa situs Sejarah atau tempat popular di Lombok. Hari kelima kami mengunjungi Sembalun di Lombok Utara dan Masjid Kuno salah satu tertua di Lombok.
Hari kelima dilanjutkan mengunjungi Desa Sasak Ende di Lombok Selatan dekat Kuta Mandalika. Di Desa Sasak Ende kami sempat menyaksikan pertunjukan tari perang dari remaja dan anak-anak di Lombok. Melihat kehidupan sehari-hari warga desa dan tentu saja mencoba bagaimana cara menenun kain Lombok.
Lombok tempat yang istimewa terhampar laut dan gunung di pulau yang sangat indah dan unik.
Kami sangat senang dapat berpartisipasi dalam kegiatan penting ini yaitu seminar dan workshop naskah Lombok dalam rangakain upaya menyelamatkan naskah-naskah kuno Nusantara sekaligus memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada para pemilik naskah bagaimana menjaga dana melestarikan naskah kuno ini. Seperti dikutip dari pidato Dirjen Kebudayaan, Bapak Himar Farid dalam pembukaan seminar ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki naskah puluhan jika bukan ratusan ribu naskah. Naskah-naskah kuno ini seyogyanya merupakan compendium pengetahuan. Terlebihlagi sangat penting membaca Sejarah dan juga kehidupan kita sekarang dari perspektif kita sendiri adalah bentuk ketahanan budaya.
Pelestarian naskah-naskah maupun tradisi Sejarah merupakan upaya dalam menemukan sejarah bangsa kita sendiri dari perspektif kita sendiri, sehingga kita dapat mampu mencerna karaktyer dan kepribadian bangsa sendiri untuk mampu mencipatakan masa depan yang sesuai dengan jati diri bangsa.
November 2023
1. Dr. Aditia Gunawan, Secretary of Manassa “General Overview on Indonesian Manuscripts and Its Preservation”
2. Prof. Dr. Jamaludin (UIN Mataram, Manassa Lombok) “The Richness of the West Nusa Tenggara manuscripts”
3. Dr. Tantry Widiyanarti, Anthropologist (Manassa), “Ethical Guidelines on Conducting Preservation programs”
4. Dr. Munawar Holil, Director of Manassa “General Principle of Digitizing Manuscripts Programs”
5. Dr. Alfan Firmanto, researcher at the BRIN and Manassa, “The theory and principle of the manuscript digitalization”
Hari pertama berlangsung sangat menarik dan antusias para peserta sangat tinggi untuk benar-benar mengetahui semua keilmuan dan paparan tentang pernaskahan. Hari kedua dimulai dengan workshop yang di pimpin oleh Aris Riyadi S.Si, M.Hum Preservation Coordinator of Manassa dengan tema “The theory and principle of the manuscript preservation.” Dengan moderator Mira Sartika, Ph.D. dari Yayasan Duta Chakra Budaya.
Dalam workshop ini pertama-tama kami semua diperkenalkan dengan pengetahuan tentang cara pembuatan berbagai media yang biasa digunakan untuk menulis naskah pada zaman dulu yaitu lontar atau kertas baluang. Setelah paparan tentang pengetahuan dasar lalu masuk keacara workshop yaitu bagaimana tata cara memperbaiki naskah kuno dan cara membersihkan lontar.
Para peserta turut diajak melakukan preservasi ini setiap orang mendapat personal kit untuk kegiatan workshop ini yang berisi berbagai macam alat-alat untuk mereservasi, membersihkan naskah kuno. Hari kedua berlangsung sangat informatif dan semua peserta sangat antusias dalam mengikuti workshop ini.
Hari ketiga dilanjutkan dengan kunjungan langsung bersama tim dari UNESCO ke lokasi pemilik naskah untuk dilakukan digitalisasi, tempat pertama yang dikunjungi adalah Lombok Selatan. Ditempatkan ini kami melakukan pembersihan naskah-naskah lontar untuk kemudian di digitalisasi. Ditempat ini kami mendapatkan lebih dari 5 gulungan naskah lontar yang berasal dari warga Lombok Selatan. Video liputan dapat dilihat di https://youtu.be/6ZYWAV0zhxk?feature=shared.
Hari keempat kami menuju ke Lokasi kedua dimana kami akan melakukan reservasi dan digitalisasi yaitu di Lombok Utara tepatnya di Museum Gengelang milik Bapak Supardi. Dilokasi kedua ini kami tidak hanya membersihkan dan mendigitalisasi lontar tetapi juga naskah lainnya yang berupa gulungan kertas yang tata cara pembersihan cukup sulit dan harus dilakukan oleh para ahli preservasi naskah. Dr Aris adalah salah satu ahli preservasi naskah terbaik di Indonesia yang ada di tim Manassa. Di lokasi kedua ini kami menyelesaikan preservasi hingga malam hari. Sepanjang hari ditemani oleh Bapak Supardi dan putranya Khalid yang merupakan sejarahwan. Mereka bercerita tentang isi-isi beberapa lontar yang sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dan juga menunjukan benda-benda peninggalan yang ada di museum Gengelang yang salah satunya terdapat Kujang Kuno yang menurut Pak Supardi berasal dari Kerajaan Sunda Galuh sekitar abad ke 4. Selain itu juga kami mendapatkan informasi tentang kedatangan Kerajaan Magadha dari India ke Lombok (600 SM -1200) yang menurut Bapak Supardi tertulis di lempeng lontar yang terbuat dari besi atau baja yang tersimpan di salah satu ketua adat. Kami juga mendapatkan informasi tentang kedatangan Kubilai Khan atau perwakilannya ke Lombok. Meskipun cerita ini masih dalam berupa cerita lisan atau folklore, tetapi dapat juga menjadi basis penelitian selanjutnya untuk menelaah kebenaran cerita rakyat ini. Karena sesungguhnya dari cerita rakyatlah dasar dari penggalian Sejarah dimulai dan menjadi lebih bermakna karena dapat menerangi Sejarah masyarakat pemilik cerita rakyat tersebut.
Hari keempat selesailah perjalanan kami di acara Seminar dan workshop bersama Manassa. Kami lanjutkan dengan kunjungan ke beberapa situs Sejarah atau tempat popular di Lombok. Hari kelima kami mengunjungi Sembalun di Lombok Utara dan Masjid Kuno salah satu tertua di Lombok.
Hari kelima dilanjutkan mengunjungi Desa Sasak Ende di Lombok Selatan dekat Kuta Mandalika. Di Desa Sasak Ende kami sempat menyaksikan pertunjukan tari perang dari remaja dan anak-anak di Lombok. Melihat kehidupan sehari-hari warga desa dan tentu saja mencoba bagaimana cara menenun kain Lombok.
Lombok tempat yang istimewa terhampar laut dan gunung di pulau yang sangat indah dan unik.
Kami sangat senang dapat berpartisipasi dalam kegiatan penting ini yaitu seminar dan workshop naskah Lombok dalam rangakain upaya menyelamatkan naskah-naskah kuno Nusantara sekaligus memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada para pemilik naskah bagaimana menjaga dana melestarikan naskah kuno ini. Seperti dikutip dari pidato Dirjen Kebudayaan, Bapak Himar Farid dalam pembukaan seminar ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki naskah puluhan jika bukan ratusan ribu naskah. Naskah-naskah kuno ini seyogyanya merupakan compendium pengetahuan. Terlebihlagi sangat penting membaca Sejarah dan juga kehidupan kita sekarang dari perspektif kita sendiri adalah bentuk ketahanan budaya.
Pelestarian naskah-naskah maupun tradisi Sejarah merupakan upaya dalam menemukan sejarah bangsa kita sendiri dari perspektif kita sendiri, sehingga kita dapat mampu mencerna karaktyer dan kepribadian bangsa sendiri untuk mampu mencipatakan masa depan yang sesuai dengan jati diri bangsa.
November 2023